Deg deg serr. Itulah rasa yang terkadang kurasakan. Sebagai guru bimbel yang bertempat di sekolah sekolah, aku UN merupakan ujian terakhirku. Tes ini adalah bukti usahaku dalam membagi ilmu yang kumiliki kepada murid-murid kelas 6 SD selama satu tahun ke belakang. Memang kesalahan bukan hanya ada padaku yang mengajar mereka kurang dari satu tahun. Kalaupun mau menyalahkan, guru mereka lah yang akan ku salahkan karena sampai kelas enam pun beberapa siswa masih ada yang belum bisa perkalian 1-5. Tapi sayang, sebagai orang yang sudah seharusnya ikut bertanggung jawab rasanya pengecut jika terus mencari orang berbaju hitam dengan tanduk di kepalanya. Lagipula, jika ada anak yang mendapat nilai 100 pun akan kuanggap itu jerih payahku. Sangatlah tidak pantas, jika yang kuakui hanya yang baik tanpa melihat yang kurang untuk sebuah intropeksi diri.
Tinggal menghitung hari, murid-murid tercintaku akan melaksanakan ujian ini. Berharap semua yang telah kuajarkan akan masuk di kepala mereka dan bisa dimanfaatkan ketika ujian berlangsung. Sebenarnya agak percaya diri juga melihat kelas yang unggulan, namun pesimis jika melihat kelas di sebelahnya. Seperti ada gap yang memisahkan nilai antara keduanya. Dalam kelas unggulan, aku berharap setidaknya ada 5 angka 100. Hal inilah yang ingin kudapatkan untuk mengangkat citraku di kelas sebelahnya. Tentu, semua kembali ke mereka. Tidak ada waktu lagi untuk bermain. Pertemuanku hanya satu kali lagi, dan itupun hanya seperdua dari hari biasanya. Selanjutnya dilanjutkan dengan penutupan masa belajar Bimbingan Belajar tahun ini. Ya yang kulakukan tinggal berdoa, aku berdoa untuk kalian. Semoga target nilai seratus kita bisa tercapai dan dapat membuat bangga orang tua kalian.