Halo Semarang :)
Ya tepatnya pada 24 Juni 2013 kedua kaki ini merasakan sensasi sentuhan dari bumi kota Semarang, sebuah kota yang menjadi ibukota Jawa Tengah. Bukan untuk berjalan-jalan, bukan juga untuk bertemu sanak saudara. Saya ke sini hanya untuk Praktek Kerja Lapangan. Sebuah tuntutan wajib bagi mahasiswa di Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia. Berangkat menggunakan kereta Ekonomi AC Menoreh dari Stasiun Pasar Senen Jakarta tujuan Stasiun Tawang Semarang. Menari-narinya kertas krep yang menempel seolah ingin memberi tahu para penumpang bahwa AC telah hidup. Tapi hidup bukan berarti anginnya terasa. Tapi tak apa, saya juga bukan orang yang mudah kepanasan.
Belum lama rasanya menduduki bangku kereta jarak jauh, karena setahun lalu saya juga pergi ke Yogyakarta dengan kendaraan yang memiliki jalur agak aneh ini. Ada nuansa yang berbeda dengan setahun lalu, stasiun sekarang lebih tertata. Tak ada pengamen yang hinggap datang dan pergi di setiap stasiun, tak ada pula pedagang-pedagang yang menawarkan dagangan murah ala kereta api. Ya walaupun sempat terlintas ada upaya monopoli dari PT KAI untuk menambah pemasukkannya, saya anggap itu tidak masalah karena mungkin ini juga demi kenyamanan penumpang. Tidak ada pilihan lain untuk membeli makanan selain kepada Pramugara PT KAI yang sedang bertugas. Agak (sangat) lama memang, tapi mau bagaimana lagi. Kata orang, terlambat lebih baik daripada tidak sama sekali. Menurut sumber yang katanya sudah sering naik kereta ini, mungkin pihak kereta kurang siap karena biasanya penumpang tidak sebanyak ini. Yah mungkin, sebagai penumpang junior saya hanya bisa percaya.
Satu hal kunantikan selama perjalanan adalah posisi kereta yang akan sangat dekat dengan laut. Sebuah laut yang ada di utara Pulau Jawa, Laut Jawa. Agak penasaran sih, mungkin karena belum pernah melihatnya. Kata orang lagi, penasaran hanya ada sekali ketika kita ingin menemui sesuatu yang tidak kita ketahui. Lalu mengapa arwah penasaran di film horor yang muncul berkali-kali tetap disebut penasaran. Entahlah kita tidak akan membahas ketidakpentingan itu. Kembali ke kereta, akhirnya tibalah penantian panjang ini. Kereta benar-benar mendekat dengan laut, bahkan ada yang tidak sampai lebih dari satu meter. Rasa penasaran ini akhirnya terjawab, dan bagaimana rasanya? Rasanya biasa saja, mungkin karena pemandangan yang diberikan tidak seindah yang saya bayangkan saat diceritakan.
Merapatnya barisan besi ini pada laut juga memberikan sinyal kereta akan segera sampai ke tujuan. Dan memang benar karena tak lama setelahnya saya telah sampai di Stasiun Tawang diiringi lagu Gambang Semarang yang dimainkan hanya dengan piano. Tibanya di ditempat ini menjadi awal mula petualangan saya di kota ATLAS. Inilah pertama kalinya saya akan merasakan bagaimana hidup jauh dari keluarga. Ya inilah sedikit harapan setelah mengetahui ada beberapa hal yang membuat saya tidak bisa berpartisipasi dalam KKN di dunia perkuliahan. Sebuah cerita yang tidak akan didapatkan ketika seseorang terus hidup bersama keluarganya. Sedikit pengalaman yang tidak akan dimiliki ketika terus hidup di tempat yang sama. Sesuatu yang diharapkan akan mengubah pribadi manja ini menjadi seseorang yang lebih mandiri.
Sampai jumpa Jakarta
Sampai jumpa ibukota
Kala nanti kita bersua
Kuharap kau tetap menyapa
anak jakarta,
Rizky Catur Utomo
a.k.a pavelion
a.k.a pavelion
No comments:
Post a Comment